Aku tidak yakin apakah aku masih bisa mengutarakan ini secara langsung kepadamu. Bukan karena aku tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya, namun karena aku tidak yakin apakah kau masih mau mendengar saran dariku. Aku sungguh menyayangimu lebih dari seorang sahabat.
Ini bukan baru pertama, kedua, atau ketiga kalinya aku mendengar ceritamu mengenai hubunganmu dengan pria yang sangat kau cintai itu. Walaupun saat ini status kalian belum jelas, tapi aku tahu cintamu padanya sangat kuat. Bahkan sampai dia menyakitimu pun, kau masih bersabar dan bertahan untuk berada di sampingnya. Apa yang kau harapkan dari dia? Dia tidak mencintaimu seperti yang kau lakukan padanya. Dia bukan tipe pria yang memiliki masa depan yang cerah dengan tingkah lakunya seperti itu. Dia bahkan belum menyelesaikan kuliah sarjananya. Sudah tujuh tahun dia masih betah berada di lingkungan kampusnya. Bukan karena dia tidak mampu. Tapi karena dia tidak serius, Sayang. Jika dia mencintaimu, dia akan secepatnya menyelesaikan kuliahnya dan mengejarmu. Sedangkan kau sudah memiliki usia yang matang untuk membina hubungan dengan pria yang serius.
Dia menghabiskan setiap uangnya untuk mencoba keberhasilan dengan menggandakan uangnya. Aku tahu orang tuanya bukan sangat sangat mampu, namun berkecukupan. Tapi dia rela menghabiskan uangnya untuk permainan haram itu. Bagaimana dia bisa menyelesaikan kuliahnya jika laptopnya saja rela dia gadaikan demi mendapatkan uang untuk mencoba keberuntungan seperti itu? Kau tau benar pria seperti apa dia. Tapi mengapa kau rela memberikan uang kepadanya saat uangnya habis? Aku tahu kau tidak rela saat tahu dia kelaparan karena tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Tapi kebaikanmu membuatnya manja dan tidak tahu bagaimana akibat dari perbuatannya. Apa kau rela jika nanti kalian sudah menikah dan sedikit demi sedikit setiap isi dari rumah kalian digadaikan olehnya untuk bermain penggandaan uang seperti itu lagi? Sahabatku.. Aku tahu betul bahwa kau orang yang berkecukupan. Setiap permintaanmu selalu dipenuhi oleh orangtuamu karena ayahmu sangat mencintaimu. Sehingga aku tidak yakin apakah cintamu yang sangat kuat itu kelak bisa mempertahankan pernikahanmu dengannya jika dia tidak berubah bermain permainan haram itu.
Dia juga bukan pria yang sopan dalam perkataan. Bagaimana kau betah berkomunikasi dengannya jika dia kerap kali mengucapkan kata-kata kasar dan kotor kepadamu? Aku tidak tau terbuat dari apa telingamu sehingga kau masih sanggup mendengar bentakan, marahan, dan kata-kata kotor yang selalu dia ucapkan saat dia tidak mood atau emosi. Tolong jangan abaikan ini. Aku sungguh sangat mengasihimu. Aku nggak mau kau nantinya jadi kasar seperti dia karena kau sering menghabiskan banyak waktumu dengannya.
Dia bukan hanya tidak sopan dalam berkata-kata. Tapi dia juga tidak segan menggunakan tangannya untuk meluapkan emosinya saat bertengkar denganmu. Bagaimana bisa kau tahan dengan pria yang suka memukulmu saat dia emosi dan keinginannya tidak dipenuhi? Aku tau kau wanita yang sabar. Tapi ketahuilah, jika saat kalian belum menikah saja dia sudah berani berlaku sedemikian kasar padamu, aku tidak berani membayangkan perlakuan apalagi yang akan kau dapatkan jika kalian sudah menikah.
Dia bahkan memperlakukanmu seperti mainannya. Kau diperlakukan sesukanya olehnya. Dia tau kau sangat menyayanginya. Tapi dia tidak bersyukur karena masih ada wanita yang sayang kepadanya. Dia malah mempermainkanmu, Sayang. Kau layak mendapatkan pria yang lebih baik dari dia. Kau manis. Kau pintar. Kau bukan wanita lemah. Tapi mengapa kau mau menghabiskan usia matangmu untuk menunggunya?
Dia juga pernah menyia-nyiakanmu. Tapi kau masih memberikan kesempatan kedua. Bukan. Entah udah berapa kesempatan yang kau berikan atas semua perlakuannya padamu. Bukankah menduakanmu merupakan alasan yang paling tepat untuk meninggalkannya tanpa merasa bersalah? Tapi kau masih memaafkannya. Terbuat dari apakah hatimu sehingga kau masih sanggup menerimanya kembali, Sayang?
Sahabatku yang sangat baik.. Jika nanti kau membaca ini, aku harap kau tidak marah kepadaku. Aku harap kau coba berpikir lagi untuk menunggunya dan bertahan dengannya. Aku tahu setiap manusia memiliki sisi baik. Aku tahu dia mungkin akan berubah nanti. Tapi ingatlah usia matangmu. Jika kau menghabiskan waktumu hanya untuk dia, kau tidak akan menemukan pria lain yang lebih pantas untukmu. Saat kau menyesal nanti akan penantianmu untuknya, umurmu sudah tidak matang lagi. Dan kau akan sangat menyesal dengan masa lalumu.
Aku berjanji. Aku akan mendengar setiap keluh kesah dan ceritamu mengenai dia. Aku juga berjanji, aku tidak akan berhenti mengingatkanmu untuk berhenti menjadi wanita bodoh yang menunggu pria bodoh seperti dia. Kau ingat buku Lady In Waiting yang dulu kau kirimkan untukku saat aku berada di titik kacau karena kisah percintaanku dulu? Buku itu yang menginspirasiku menjadi wanita yang tidak gampangan seperti sekarang. Buku itu mengisi setiap relung hatiku untuk menjadi wanita dewasa agar nantinya aku pantas untuk pria dewasa yang baik.
Sahabatku.. Kita memiliki masa kecil yang indah. Aku ingin masa dewasa kita juga indah seperti masa kecil kita. Jangan habiskan masa sekarangmu untuk menunggu pria yang tidak pantas untukmu. Jika saat ini kau belum menemukan pria yang pantas, maka mari memantaskan diri agar nantinya menemukan pria yang pantas, yang sudah menunggumu di masa depan. Tuhan tidak mungkin menjodohkanmu dengan pria bodoh itu. Dia sudah menyiapkan pria baik untukmu. Tapi lain hal jika kau masih tetap menunggunya dan kau memaksa Tuhan untuk merestui hubunganmu dengannya.
Sahabatku.. Aku berkata seperti ini bukan karena aku ingin mengguruimu. Tapi karena aku tahu yang kau lakukan adalah salah. Aku mencintaimu sahabatku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar