Jumat, 17 Oktober 2014

Memilih pasangan hidup bukan hanya sekedar materi ataupun status

Ini bukan bukan pengalaman pribadi saya dan semoga tidak menjadi kenyataan pada saya kelak.

Seorang teman, sebenarnya lebih pantas disebut kakak bagi ssaya, menceritakan pengalaman pribadinya. Satu waktu yang tidak pernah diduga, dia menceritakan ini kepada saya. Momen yang awalnya berisi cerita yang menyenangkan menjadi cerita sedih. Jika menyertakan tempat kami bercerita, mungkin beberapa dari pembaca akan mengenalnya. Saya tidak ingin seseorangpun mengetahui siapa yang memiliki pengalaman pribadi seperti ini. Tetapi saya ingin menceritakan kepada pembaca kalau cerita ini nyata, dan tidak semua yang kelihatan bahagia ternyata tidak bahagia.

Dia seorang dosen. Dia adalah seorang ibu dari sepasang anak dan istri dari seorang tentara. Dia memiliki dua orang anak yang lucu dan cerdas. Kebahagiaannya adalah karena dia memiliki anak yang lucu dan cerdas. Saya sih yakin bahwa kecerdasan anaknya pasti turun dari ibunya. Suaminya hanya seorang tentara dengan pangkat rendah lulusan SMP. Tapi sayang, keikhalasan kakak itu membangun keluarga dengan suaminya tidak dihargai oleh suaminya. Suaminya adalah seorang yang suka selingkuh.

Awalnya saya merasa kisah hidup seperti yang dijalani kakak ini hanya ada di televisi. Ternyata sumpah, ini nyata. Dan yang mengalami ini adalah orang terdekat saya. Suaminya tidak henti-hentinya selingkuh dengan wanita lain. Sudah memiliki anak dengan wanita lain. Sampai belasan tahun mereka membangun rumah tangga, dan sudah dikaruniai dua anak pun, suaminya tidak berubah. Dan yang lebih parahnya lagi, suaminya juga seorang yang ringan tangan dan ringan kaki. Ingin rasanya aku mengatakan, tinggalkan saja suami kakak itu. Materi yang dihasilkan aja sedikit, tapi ulahnya besar. Tapi tidak ada alasan bagi seorang Kristen untuk berpisah dengan suaminya. Yang aku tidak habis pikir, karena apa wanita lain mau dengannya. Materi nggak ada, tapi mengapa mau menjadi selingkuhannya.

Inilah yang saya takutkan saat memutuskan untuk menikah nanti. Saya tidak bisa membayangkan saya hidup dan menghabiskan sisa hidup saya dengan pria yang ringan tangan bahkan ringan kaki dan juga dengan pria yang suka bermain dengan wanita lain. Untuk itu saya ingin share ke kita semua, bahwa memilih pasangan hidup bukan hanya sekedar materi, status, ataupun gengsi. Sering sekali godaan datang saat saya melihat teman ssaya memiliki pasangan yang materinya berkelimpahan dan pekerjaan yang sudah mapan. Saya kembali goyah sehingga tidak bersyukur untuk apa yang saya miliki saat ini. Kita semua tahu bahwa materi itu penting, bahkan sangat penting. Tapi kita semua juga tahu bahwa kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan materi. Status ataupun gengsi juga tidak bisa membeli kebahagiaan. Kita dibutakan oleh pekerjaan yang dimata kita hebat, sehingga kita tidak menyeledikinya lebih dalam. Itulah mungkin yang dialami oleh kakak itu. Dia merasa status istri tentara itu hebat, padahal dia tidak tahu jabatan apa yang dimiliki suaminya dan seberapa besar penghasilan suaminya.

Memilih teman hidup adalah pilihan kedua tersulit yang sebenarnya kita harus pilih. Pertama untuk memilih Juru Selamat kita untuk seumur hidup dan kedua adalah memilih pasangan yang akan menemani saat suka dan duka. Oleh karena itu, untuk Anda dan saya, bukan tidak mungkin kita tidak akan menemukan pasangan hidup seperti kakak tersebut, oleh karena itu jangan asal memilih seseorang yang akan menjadi pasangan hidup kita hanya karena materi dan status atau gengsi. Nasehat seorang kakak kepada adiknya yang tidak ingin adiknya merasakan penderitaan yang sama dengannya adalah kenali pasanganmu sampai sedalam-dalamnya. Pancing emosinya sampai puncak, agar kita mengetahui seperti apa reaksinya saat marah. Jika sekali saja dia ringan tangan dan ringan kaki, maka sebaiknya dipikir ulang untuk menjadi pasangan hidupnya. Karena kemungkinan besar saat berkeluarga dengannya, dia bahkan lebih berani melakukan hal yang sama.

Dan saran yang kedua adalah pilihlah pasangan yang memiliki masa lalu dimana dia tidak pernah tertarik dengan wanita lain saat menjalin hubungan denganmu. Jika pasanganmu sekarang adalah seorang yang demikian, berpikir ulanglah untuk menikah dengannya. Karena tabiat seseorang yang tidak pernah puas dengan pasangannya saat berpacaran, masih tidak akan puas dengan pasangan hidupnya setelah menikah.

Just share for us.. Semoga bermanfaat..

Jumat, 03 Oktober 2014

SESEORANG YANG DEWASA TIDAK AKAN MENYALAHKAN ORANG LAIN





Pernahkah kalian merasakan memiliki ruangan pribadi sebagai tempat kalian bekerja seakan kalian adalah bos? Ruang besar dan hanya anda yang berada di ruangan itu? Yahh.. Aku merasakan ini sekarang. Aku bahagia sebahagia-bahagianya. Walaupun ini bukan ruang pribadiku. Aku hanya sebagai asisten dosen, dimana dosen ini jarang berada di kantor ini karena dia memiliki banyak pekerjaan lain.


Inilah alasan kenapa aku sangat bersyukur kepada Tuhanku. Dia tahu yang aku butuhkan. Dia tahu aku membutuhkan pekerjaan, dan Dia berikan pekerjaan ini. Dia tahu aku tidak suka dengan keramaian, aku senang memiliki privasi, dia berikan pekerjaan ini. How good is my God! :)

Tetapi saat kebahagiaan ini hadir, muncul lagi masalah baru. Yeahh, hidup ini memang tidak bisa lepas dari masalah. Sejujurnya, aku dengan jujur tidak tahu dimana letak kesalahanku untuk masalah ini. Aku nggak tau aku salah apa, mengapa mereka menyalahkanku untuk hal baik yang aku lakukan. Tidak mereka memiliki rasa empati? Mengapa mereka begitu egois untuk hal ini? Seandainya mereka tau gimana susahnya mengeluarkan mobil untuk wilayah yang penuh dengan motor berserakan. Mereka tidak tau kesusahan yang dialami pemilik kosku saat mengeluarkan mobil karena terganggu oleh motor mereka. 

Inisiatif ini sudah aku lakukan sejak awal aku memiliki motor. Aku memberikan duplikat kunci motor kepada pemilik kosan agar saat motorku mengganggu jalan masuk keluar mobilnya, dia bisa dengan mudah memindahkannya. Mungkin hanya kunci motorku yang dimiliki olehnya. Sejujurnya aku nggak tahu ini masalah yang sangat besar buat pemilik kosan, sehingga dia meminta kunci motor teman kosanku yg lain beberapa hari yang lalu.

Yang menjadi masalah, saat pemilik kosanku meminta kunci motor kepada mereka, dia memintanya dengan sedikit kasar. Satu sisi mereka tidak mau memberikan kunci motor karena khawatir akan keamanan motornya, dan disisi lain mereka mengeluh karena sikap pemilik kos saat meminta kunci tersebut. Sejujurnya apa yang mereka takutkan, jika terjadi sesuatu dengan motor mereka, pemilik kos pasti akan bertanggung jawab. Setelah mereka tahu aku adalah awal dari pembuat ide tersebut dengan memberi kunci motor kepada pemilik kos, mereka menyalahkan aku. Mereka mengatakan aku penyebab mereka dimarahin sama pemilik kos. Sehingga sejak saat itu mereka menjauhiku.

Dulu tempat yang paling nyaman buatku adalah kamar kosku. Aku betah seharian tidak keluar keluar kos, karena aura kosku kemarin baik. Nah sekarang aku merasa aura yang buruk di kosku. Malas rasanya tinggal berlama-lama di kos.

Satu hal yang membuatku kuat. Aku tidak salah dan apa yang harus kutakutkan? Seburuk apapun perlakuan mereka, aku tidak takut. Karena kebenaran akan muncul. Cepat atau lambat mereka pasti tahu alasan apa yang membuatku memberikan kunci motor kepada pemilik kost. Seandainya mereka bisa nyetir, mereka akan tahu kesusahan pemilik kos saat mengeluarkan mobil karena terhalang motor mereka.

Aku sudah pernah berada di posisi ini sebelumnya. Banyak orang menjauhiku karena menyalahkanku. Tidak tahu sampai saat ini mereka sudah sadar atau belum. Belajar dari pengalaman sebelumnya, aku masih bisa melewatinya walau dengan perlakuan orang-orang yang belum dewasa yang sesuka hati menyalahkan orang lain padahal mereka tidak tahu apa-apa.
 
Pelajaran penting yang kudapat adalah tidak semua yang benar itu dikatakan benar oleh orang lain. Banyak kebijakan Jokowi yang diterima oleh orang dan ada juga yang tidak bisa menerimanya dengan sudut pandangnya sendiri. Begitu juga aku, ideku mungkin baik untuk pemilik kos, tapi mungkin tidak baik untuk teman kos ku dengan alasan pribadi yang egois menurutku. 

Aku tahu, Tuhan berada dipihakku. Dia akan menemaniku walau mereka menjauhiku. Terimakasih Tuhan... Masalah ini membuatku semakin dekat denganMu.