Sabtu, 20 September 2014

Kerikil-kerikil Kecil

Suatu hari seorang teman menceritakan perasaannya melayani saat itu. Tempat dimana aku juga melayanai bersama dengannya. "Aku mulai nggak nyaman ngajar disini. Kayak aku nggak dianggap melayani disini." Dan aku sebagai seorang yang bijak, (eh... ) "Santai ajaa, kita kan melayani buat Tuhan, melayani adik-adik disini, bukan melayani mereka (teman sepelayanan kami)". Santai banget aku dengan jawabanku. Bagus sih jawabannya, bijak banget. Tapi sekarang keadaan itu berbalik sama aku. 

Sekarang pelayananku mandet banget. Aku di tempat yang baru ini merasa dikucilkan. Awalnya aku ambil santai aja, toh aku masih baru, aku penghuni  baru di tempat ini. Aku ikutin cara mereka melayani. Tapi udah setahun aku disini, aku ya gini aja. Masih sendiri disini. Dimana ada keramaian aku nimbrung, tapi saat aku ada keramaian udah serasa sepi. Sadarkah mereka kalu aku butuh kebersamaan dengan mereka? Sadarkah mereka ketidakhadiranku saat melayani itu karena aku tidak nyaman dengan mereka?

Aku merasakan apa yang dirasa temanku beberapa tahun yang lalu. Aku baru tahu betapa jenuhnya pelayanan ini jika kita tidak nyaman dengan suasana di dalamnya. Berulang kali aku bangkit dari kekecewaanku. Tapi saat bangkit, dan masuk ke pelayanan itu lagi, aku kecewa lagi. Aku tidak dianggap lagi. Tapi aku tidak bisa meninggalkan pelayanan ini. Tuhan begitu baik kepadaku. Bagaimana aku harus membalas kebaikanNya? Aku ingin sekali pelayanan ini merupakan salah satu caraku untuk membalasNya. Tapi bagaimana dengan kekecewaanku? Bagaimana dengan lingkungan sekitar yang tidak mendukung?

Saat acara liburan kakr kemarin aku merasa sangat sendiri. Sesak banget rasanya. Seandainya aku bisa nangis, aku pasti menjerit saat itu. Itulah puncak kekecewaanku pada mereka, bukan adik-adikku. Aku kecewa, aku jenuh, aku nggak mau lagi ada disana. Temanku, satu-satunya teman curhatku saat aku sedih meyakinkanku untuk tetap sabar. Apa yang aku sarankan kemarin kepada temanku, itu juga yang dikatakannya. "Melayani bukan untuk mereka, untuk Tuhan. Mereka hanya kerikil-kerikil kecil yang menghambat pelayanan kam aja." Memang bener, bener banget. Tapi sesak ini cuma aku yang tau gimana rasanya. Dan bagaimana aku akan bertahan jika aku tidak dianggap?

Sabtu, 06 September 2014

SABAR DENGAN PERASAAN RIANG DAN GEMBIRA

Seringkali kita mengatakan sabar saat seseorang bercerita kepada kita mengenai masalahnya. Sabar merupakan kata yang wajib diucapkan untuk menghibur seseorang yang sedang berduka. 

Tuhan itu adil. Masih percayakah Anda bahwa Tuhan itu adil?
Sampai saat ini saya masih percaya Tuhan adil dan sampai selama-lamanya mengakui bahwa Tuhan itu adil. Suatu ketika aku merasa sangat sedih, kecewa, bahkan down se-downnya. Merasa bahwa dimanakah Tuhan saat itu? Seorang temanku bertanya "kog kamu belum kerja sampai sekarang?" Jlegg! Aku memang pengen kerja banget dan dia tahu itu. Saat ini aku memang masih kuliah pascasarjana. Walaupun kerja bukan prioritasku saat ini, tapi aku pengen kerja. Apalagi kuliahku tinggal tesis saja. Nggak ada mata kuliah lain yang mewajibkan aku harus stay in campus pada pagi siang dan sore. Keadaan ini yang menuntutku untuk kerja. 

Tapi kenyataan tidak sesuai harapan. Temen aku seakan memojokkan aku. "Lah kan lagi S2? Pinter dong. Masa gak nemu kerjaan?" Aku berusaha membela diriku seadanya. Tidak banyak yang bisa aku katakan karena kenyataan tidak membelaku. Walaupun sebenarnya aku mampu membela diriku lebih, bahkan memojokkannya, karena kenyataannya dia itu gak lebih baik dari aku. Tapi sebagai seorang Kristen yang bukan KTP, aku tidak akan melakukan itu. Aku masih punya Tuhan. Tuhan yang adil. Tuhan yang memampukan aku dengan segala keadaanku.

Sabar.. Itu yang selalu aku tanamkan saat berduka. Awalnya yang aku tahu sabar itu ya pasrah. Tapi semakin ke depan, semakin dewasa, dan setelah membaca renungan harian dari Manna Sorgawi hari ini, 7 September 2014, aku tahu sabar itu bukan hanya pasrah. Sabar itu tetap riang dan gembira. Sabar itu tetap berusaha. Mungkin aku belum diberi kesempatan untuk  kerja sampai saat ini karena aku sedang tesis. Atau mungkin karena adek-adekku lebih membutuhkanku. Saat ini aku sedang mengajar private untuk dua orang murid. Kalau aku sekarang kerja seperti yang aku harapkan, tentu aku tidak bisa mengajar mereka lagi.  Keinginanku bukan keinginan Tuhan. Atau keinginanku bukan kebutuhanku saat ini. Tuhan tahu yang terbaik untukku. Dan aku juga mau menjadi berkat untuk orang lain.

Tuhan itu adil.. Untuk hal lain aku juga mau mengingatkan kalian tetap percaya bahwa Tuhan itu adil. Tetaplah bersabar denga riang gembira. Dan aku bersyukur, walaupun aku tidak seberuntung orang lain saat ini dalam hal karir, tapi aku punya sesorang yang menyayangiku. Ada orang disekitar aku yang saat ini karirnya bagus, tapi sampai saat ini belum menemukan seseorang yang mampu menerimanya apa adanya untuk membina rumah tangga kelak. Untuk itu tetaplah bersyukur. Buat siapa saja yang saat ini sedang terpuruk, ingatlah bahwa Tuhan itu adil. Lihat hal yang baik yang ada pada dirimu untuk mensyukuri semua yang Tuhan berikan. Dibalik kesuksesan orang yang kita lihat sekarang, dia pasti memiliki kekurangan. Tapi kekurangan yang dimiliknya tidak terlihat orang lain karena dia menutupi kekurangannya dengan kelebihannya. Tuhan tidak mungkin mengijinkan penderitaan menghampiri kita kalau Tuhan tahu kita tidak mampu melewatinya. 

Sabar karena Tuhan itu adil.. Ada pelangi setelah hujan. Itu kenyataan, aku bahkan semua dari kalian pernah merasakan itu. Pernahkan kalian merasa sedih sampai dunia terasa gelap? Sampai kalian tidak mempu bangkit untuk menghadapi hari esok? Suatu ketika aku pernah kehilangan seseorang yang sangat aku sayang. Bahkan aku berharap bahwa itu hanya mimpi. Aku kehilangannya karna Tuhan ingin bersama dengannya. Aku sempat berfikir untuk ikut bersama dengannya. Dua tahun bukan waktu yang cepat untuk menata hati kembali. Karena sangkin sedihnya, aku bahkan pernah berfikir untuk tidak akan mencintai orang lain lagi. Tapi Tuhan berkehendak lain. Tuhan tahu aku tidak mungkin mampu hidup sendiri, sehingga sekarang aku menemukan seseorang yang sangat baik. Bahkan sekarang aku merasa cintanya kepadaku lebih dari cinta orang yang terdahulu. Bersabarlah... Ada pelagi sehabis hujan. Dua orang orang yang kukenal pernah merasakan sakit karena batal nikah. Ada rasa sakit yang kurasakan saat mereka menceritakan kisah hidupnya. Tapi kamu tahu apa yang terjadi saat ini? Belum genap dua tahun mereka sudah menemukan seseorang yang lebih baik dari orang yang menyakiti mereka. Mereka sabar dan tidak berlaku jahat. 

Tetaplah pada jalan Tuhan. Tuhan itu adil. Bersabarlah terus dan bersabarlah dengan perasaan riang gembira. Terus berusaha dan bersyukur. Maka pelangi akan muncul di hidupmu.. HAVE A GREAT LIFE GUYS.. 
GOD BLESS YOU ALL